2014 Road Trip
BEBAS. Itulah yang kami rasakan saat melakukan road trip. Bebas melakukan apapun yang kita mau. Berlama lama atau bergesa-gesa. Tidak terikat jadwal keberangkatan.
Kali ini, kita merencanakan perjalanan darat ke Pangalengan & Dieng. Winter road trip. Tak lupa kami membawa jaket tebal untuk mengantisipasi cuaca akhir tahun. Kami mencoba melakukan riset mengenai rute yang bisa dilalui, serta kegiatan apa yang bisa dilakukan di tempat tujuan.
Walaupun rute perjalanan sudah terpasang di GPS, namun kadang kita tetap harus menggunakan feeling saat memilih jalan. Kondisi curah hujan yang tinggi kadang mengakibatkan tertutupnya akses menuju ke tampat tujuan kita. Bertanya kepada penduduk setempat akan sangat membantu. Perhatikan juga rambu-rambu secara seksama – supaya tidak terjebak di jalur kecil, dsb.
Udara di Pangalengan tidak seperti udara Jakarta. Yak kami benar-benar sudah resmi berlibur. Matahari bersinar terik, namun kami tetap menikmatinya. Kami matikan AC mobil dan membuka kaca jendela. Angin sepoi-sepoi perlahan mengalir memenuhi seisi mobil. Lagu Lake Michigan dari Rogue Wave melengkapi suasana hati kami.
Kami kemudian menyewa perahu untuk mengitari Situ Cileunca, dan bermain-main di kebun arbei, dimana kita bisa memetik dan makan sepuasnya. Tak jauh dari situ, kami juga mampir sebentar di kebun teh untuk sekedar berfoto, mengabadikan momen dan menikmati sejuknya udara pegunungan. Kami lalu melanjutkan perjalanan menuju Bandung sebelum hari gelap.
Setelah memulai perjalanan dari sebuah penginapan di Bandung pukul dua dini hari, kami tiba di Purwokerto keesokan paginya. Untuk jalanan jalur ramai, atau yang sudah kami hafal medannya,
kami lebih menyukai perjalanan malam/dini hari. Jalanan lebih lengang dan bisa menghemat lebih banyak waktu. Tetapi kami juga menghindari perjalanan malam jika melewati hutan pegunungan yang belum kami hafal medannya.
Perjalan kali ini cukup menantang. Kami cukup beruntung menghajar lobang di jalan dan selamat. Dua ban sebelah kanan kami benjol/menggembung dan harus diganti. Untungnya ada beberapa toko ban di Purwokerto yang tidak libur di hari sabtu/libur cuti bersama natal. Kami juga menyempatkan untuk mampir sarapan pagi kupat tahu di Majenang, dan makan siang di Soto Sokaraja H. Loso Jalan Bank, kemudian melanjutkan perjalanan menuju Dieng.
Setelah sempat mengambil jalan kecil yang justru memutar ke pegunungan arah Banjarnegara, dimana kami sempat terjebak kemacetan karena bencana longsor. Ada perasaan ajaib ketika melewati jalan antah berantah yang belum pernah kami kunjungi. Was-was karena harus memutar melewati jalan hanya selebar satu jalur mobil. Itupun salah satu sisinya berbatasan dengan jurang. Dan juga perasaan lega ketika kita berhasil sampai tempat tujuan. Akhirnya kami tiba di Dieng sebelum hari gelap.
Tidak ada namanya salah jalan. yang ada hanya petualangan berbeda di jalan itu.
Kami melewatkan 1 hari 2 malam di Dieng. Mengamati sunrise dari puncak Sikunir, berkeliling ke candi-candi Dieng, ke Telaga Warna, museum Dieng dan tak lupa kawah Sikidang. Cuaca di Dieng lumayan dingin. Hujan rintik dan deras bergantian turun sepanjang hari. Kabut tebal dimalam & pagi hari. Saat yang pas untuk menyeduh pop mie hangat..
Dalam perjalanan pulang, kami menyempatkan untuk beristirahat sejenak & bermalam di Pangandaran, untuk sekedar menikmati sunrise dan bermain-main pasir pantai.
Total perjalanan kami kali ini 110 jam, dengan rute Jakarta–Bandung–Pangalengan–Bandung–Tasikmalaya–Banjar–Majenang–Purwokerto–(Banjarnegara)–Dieng–Wonosobo–Purwokerto–Banjar–Pangandaran–Banjar–Bandung–Jakarta, dengan menempuh jarak 1364 km. Tahun 2014 ini ditutup dengan perjalanan yang berkesan dan menyenangkan.
🙂
Untuk foto-foto perjalanan yang lebih lengkap, bisa dilihat di sini.
Berikut adalah playlist yang menemani perjalanan kami. Lake Michigan saat di Situ Cileunca, Far Away – Junip saat melewati kelokan jalanan pegunungan, lagu-lagu Sigur Ros selama di Dieng, Welcome Home atau Home saat kapanpun kami merasa di rumah.